Kamis, 18 November 2010

EMPAT ALASAN FILSAFAT LAHIR DI YUNANI

Ada kesepatan tidak tertulis, bahwa filsafat muncul dan dimulai di Yunani. Pada masa sekitar abad ke-6 SM, sejumlah tokoh diajukan sebagai bukti bahwa filsafat adalah teknik baru cara berpikir manusia di bumi. Sejumlah bukti berbeda tentang kemunculan filsafat juga disajikan, bahwa di belahan bumi yang lain, beberapa komunitas telah lebih dahulu melakukan terobosan yang sama. Namun, bukti ini sayangnya masih mengarahkan pada kesimpulan bahwa Yunani tetap sebagai lingkungan filsafat pertama yang orisinil didasarkan pada modus yang filosofis, more rational than empirical.

Di Mesir telah ditemukan patung raksasa Sphinx yang diperkirakan berdiri 80 abad SM, namun penemuan ini tidak seiring dengan pemahaman ciri kefilsafatan yang dimaksudkan. Sphinx lebih mensimbolkan peradabaan empirik-material dari komunitas bangsa kulit coklat di Afrika Utara masa itu. Di China sama halnya, keberadaan Dinasti Shang di abad ke-17 SM dan Dinasti Zhou di abad ke-10 SM telah membuktikan bahwa sistem penanggalan (radiokarbon) konon telah ditemukan saat itu, namun sekali lagi, trend ini hanya menunjukkan keberhasilan manusia mendefinisikan alam, bukan memaknainya. Penemuan bukti kebudayaan di India, Asia dan Afrika juga menyimpulkan hal yang serupa, bahwa belum ada bukti kefilsafatan yang tegas yang berkembang di waktu itu. Filsafat yang dimaksudkan belum ditemukan sebelum sebagaimana yang ditemukan di Yunani Kuno.

Beberapa spekulasi berkembang mengetengahkan alasan kenapa filsafat muncul di Yunani, mengapa harus lahir di sana. Setidaknya ada alasan-alasan yang bisa membantu. Pertama, Yunani adalah bangsa pemula yang memperkenalkan tradisi Agora. Agora adalah tempat pertemuan terbuka di negara-kota masa Yunani Kuno yang dimanfaatkan untuk berkumpulnya orang merdeka dengan Raja atau Dewan. Agora yang ditemukan sejak abad ke-9 atau ke-7 SM adalah kebudayaan mimbar bebas yang paling mecolok membuktikan bahwa bangsa Yunani sejak awal telah dibiasakan untuk berpikir bebas dan berpendapat terbuka, bahkan dilakukan di hadapan Raja.

Kedua, Yunani Kuno waktu itu diisi oleh bangsa yang tersebar di seputar pesisir Aegea. Yunani adalah wilayah di seluruh penjuru laut tengah, Eropa Tenggara, pesisir Barat Asia-Minor, Pontus, Turki, Konstantinopel, hingga di pesisir Italia. Praktis, bangsa Yunani adalah bangsa kepulauan dan pelayar yang terbuka terhadap pengaruh dunia luar. Sebagaian lahan Yunani adalah lembah dan lereng pegunungan yang tidak bagus untuk pertanian kerena banyak mengandung gas alam, karenanya sebagian besar masyarakat lebih tertarik mengandalkan hasil laut atau berdagang berhubungan dengan masyarakat luar kawasan. Kondisi geografi ini memicu ketidakbetahan masyarakat Yunani di tanahnya sendiri. Kondisi ini akhirnya membuahkan gesekan intelektual dengan kota-kota di seberang lautan. Kegiatan tersebut membawa perubahan mendasar dari percampuran iklim keterbukaan yang asli milik sifat Yunani dengan informasi tambahan pengetahuan teknis kealaman yang datang dari luar. Yang terkenal dari contoh hal ini adalah bahwa konon Thales gemar bepergian dengan kapal laut ke Persia dan Mesir untuk berdagang sekaligus belajar ilmu hitung dan kealaman seperti astronomi dan geometri.

Ketiga, sistem keyakinan ketuhanan masyarakat Yunani dikenal polytheistic dan anthromorphic. Bangsa Yunani mempercayai adanya dewa-dewa dalam deskripsi mitis yang digambarkan sebagai kenyataan luar biasa namun dengan sifat personifikatif dan humaniter. Dewa-dewa Yunani adalah para penguasa bagian-bagian alam yang digambarkan seperti manusia lengkap dengan segala cerita dan skandalnya. Sistem keyakinan semacam ini cenderung memicu pertanyaan-pertanyaan mengenai sekularitas kehidupan dan mengarahkan pada desakralitas dewa-dewa itu sendiri. Kaum laki-laki Yunani sering diumpamakan sebagaimana kaum dewa.

Keempat, tipologi masyarakat Yunani adalah masyarakat yang hidup dengan martabat dan standar hidup yang tinggi. Kebutuhan sekunder dan tertier yang mestinya dipenuhi setelah kebutuhan primer kebanyakan diperlakukan istimewa. Artinya, masyarakat Yuni sejak dulu tidak memandang hidup dengan cukup di bidang pangan saja, melainkan juga harus cukup di bidang yang lebih tinggi seperti sandang, papan dan kebutuhan hiburan. Hingga kini, masyarakat Yunani dikenal dengan masyarakat dengan tingkat ekonomi yang baik dengan gengsi yang tinggi. Standar utama dalam keberhasilan hidup tidak terletak pada keberhasilan bertahan dari kelaparan saja, namun juga keberhasilan memenuhi kebutuhan rohani. Sejak dulu pun, Sokrates dan murid-muridnya sering dikenal dengan orang-orang yang abai pada pemenuhan ekonomi semata dan lebih tertarik untuk memenuhi kebutuhan intelektual dan rohani mereka dengan cara membuat daftar pertanyaan sebanyak-banyaknya tentang hidup, kebenaran dan hakikat segala hal.

Keempat spekulasi alasan kemunculan filsafat di Yunani di atas bisa diturunkan menjadi pemahaman berikutnya tentang bagaimana sebenarnya filsafat itu dan di mana tempat terbaik dia bisa tumbuh dan berkembang. Filsafat itu perangkat lunak pemikiran yang berhubungan dengan pembahasan mengenai segala hal baik yang lunak maupun yang keras. Jika sebelum era Yunani Kuno, pemikiran dan kebudayaan manusia dibuktikan dengan keberhasilan pembangunan fisik dan kemampuan mengendalikan alam, maka sejak di jaman Yunani Kuno, pemikiran diretas menjadi pertanyaan-pertanyaan mendalam mengenai hakikat pembangunan dan penguasaan itu sendiri. Filsafat itu radikal, tidak mudah mengikut secara teknis tehadap pengetahuan yang tengah berkembang. Filsafat itu tidak menyediakan jawaban yang berakhir, justru mempersoalkan dasar dan prinsip jawaban-jawaban yang telah ada. Filsafat adalah simbol peningkatan martabat dari hidup manusia yang tidak melulu ditentukan oleh indikasi fisik, tetapi ditentukan oleh pertimbangan yang komperehensif dan holistik. Mendiskusikan seluruh aspek kehidupan manusia secara integral dan tidak partial.

Berdasarkan sejarah penemuannya, filsafat adalah kunci untuk keluar dari lingkaran kesibukan manusia yang teknis dan profesional. Filsafat sejak pertama ada memang tidak diperuntukkan untuk kejayaan hidup di bidang material, filsafat hanya digunakan sebagai penyempurna di dalam hidup, lahir dan bathin. Filsafat bukan pengetahuan teknis untuk profesi tertentu tetapi ialah pengetahuan bagi semua profesi. Tidak digunakan untuk mencari objek langsung tetapi digunakan memperdalam subjek dan objek secara lebih dalam dan diakronik. Filsafat itu cara menatap seekor elang ke semua daratan dari sudut pandang angkasa.

NB: Sumber> M. Helmi Umam (Pengajar Filsafat Jur. Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar